Universitas Harvard Galang Dukungan Studi Asia Tenggara
Robson menyatakan Asia Center telah menggunakan lebih berasal dari dua tahun bekerja untuk menaikkan pendidikan tentang Asia Tenggara di Harvard. “Apa yang saya mengharapkan adalah jika kami mampu tunjukkan bahwa tersedia keinginan untuk bahasa-bahasa ini dan para siswa terlihat dan bersemangat tentangnya,” katanya.
Ia menambahkan, “Semoga kami terhitung mampu pakai ini untuk memastikan pemerintah untuk lebih membantu belajar Asia Tenggara terhadap kebanyakan dan pengajaran bahasa terhadap khususnya.”
Jorge Espada, associate director untuk Program Asia Tenggara di Asia Center, menyatakan timnya melihat kurangnya penawaran belajar Asia Tenggara dan kursus bahasa saat mereka mensurvei terhadap seluruh sumber daya semacam itu di Harvard. “Sebagian besar bahasa Asia Tenggara diajarkan sebagai bagian berasal dari format tutorial di Departemen Studi Asia Selatan,” ujarnya.
“Kami mengidamkan melihat apakah bahasa-bahasa ini mampu diajarkan oleh posisi tingkat pembimbing untuk memprofesionalkan pengajaran, membuatnya lebih konsisten, dan membangkitkan antusiasme untuk itu di Harvard,” lanjutnya.
Prestasi 2 Mahasiswa IndonesiaSementara, dua mahasiswa Indonesia, yakni Adella Suwandhi berasal dari Unika Atma Jaya dan Rifki Saputra berasal dari Universitas Jember menggapai penghargaan Diplomacy Award Legal Committee di ajang Harvard World Model United Nation (MUN) 2023. Gelaran ini dilakukan di Paris, Prancis terhadap 12–16 Maret 2023.
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima https://bcjambi.com/, Harvard World MUN adalah keliru satu ajang simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) paling prestisius yang diikuti lebih berasal dari 2.000 peserta berasal dari 110 negara tiap tiap tahunnya. Acara ini terhitung dikenal sebagai olimpiade terbesar untuk kegiatan MUN serupa di level internasional.
Dalam program Djarum Beasiswa Plus, para Beswan Djarum, sebutan bagi penerima Djarum Beasiswa Plus), yang pilih kegiatan International Exposure berkesempatan mengikuti MUN. Di Harvard World MUN 2023 ini, Djarum Foundation mengirimkan delegasi yang terdiri berasal dari sembilan mahasiswa.
Selain Adella dan Rifki, tujuh bagian delegasi lainnya adalah Ahmad Yusril Yusro (Universitas Lampung), Bunga Almia Gane Sari Santina Putri (Universitas Negeri Malang), Farel Muhamad Alfarisi (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Ridha Albary (Institut Teknologi Bandung), Ryan Kam Vikri (Universitas Diponegoro), Shannice Fidelia Akwilla (Unika Atma Jaya), dan Yudika Putra Perdana Pangaribuan (Universitas Brawijaya).
Adella dan Rifki yang dipasangkan sebagai double delegation untuk legal committee berhasil mengungguli 186 peserta berasal dari berbagai negara, yang berkompetisi di komite serupa sementara mendiskusikan isu Non-Self-Governing Territories atau teritori yang tidak punyai pemerintahannya sendiri.
Bahasa Indonesia Bakal Diajarkan di Universitas Harvard Mulai Tahun 2023
Bahasa Indonesia jadi keliru satu bahasa yang dapat diajarkan di Universitas Harvard tahun ini. Bahasa Indonesia join bersama dua bahasa lainnya yang dapat diajarkan di universitas top dunia itu, yakni Tagalog atau bahasa Filipina dan bahasa Thailand.
Kabar tersebut diumumkan lewat surat kabar mahasiswa Universitas Harvard, The Harvard Crimson terhadap Jumat, 24 Maret 2023. Departemen Studi Asia Selatan dapat mempekerjakan tiga pembimbing untuk mengajar bahasa Tagalog, bahasa Indonesia, dan Thailand, untuk penawaran kursus menjadi tahun akademik 2023-24.
Dikutip berasal dari bcjambi, Pusat Asia Universitas Harvard memperoleh pemberian keuangan untuk posisi tersebut lewat upaya penggalangan dana, menurut Direktur Eksekutif Elizabeth K. Liao. Posisi itu dapat jadi penunjukan jangka sementara tiga tahun untuk tiap tiap pembimbing dan mampu diperpanjang sampai lima tahun tambahan.
James Robson, seorang profesor Bahasa dan Peradaban Asia Timur dan direktur Pusat Asia, mengungkapkan bahwa pemerintah mampu memperoleh 1 juta dolar AS atau setara Rp15 miliar berasal dari anggaran Pusat Asia untuk mendanai posisi pembimbing Tagalog. Namun, dia menyebut mendanai posisi tersebut setelah tiga tahun “mungkin tidak seluruhnya berkelanjutan”.
“Kami terlalu bersemangat dan menghendaki bahwa posisi ini dapat jadi pengubah permainan didalam hal misi jangka panjang Pusat Asia untuk membangun belajar Asia Tenggara di Harvard, serta keterlibatan universitas bersama kawasan ini,” tulis Liao didalam sebuah surel.